Peran Guru dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Broken Home
Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan manusia
yang sangat penting untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Melalui
pendidikan diharapkan anak didik memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan
sikap yang sangat diperlukan untuk memecahkan persoalan yang dihadapi.
Pendidikan memiliki peran penting dalam mencerdaskan bangsa. Proses belajar
tidak selalu berhasil, hasil yang dicapai antara peserta didik yang satu dengan
yang lain memiliki perbedaan. Berhasil tidaknya proses belajar mengajar
tergantung dari faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar peserta didik. Faktor
yang datang berupa faktor instrinsik dan ekstrinsik.
Dalam pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan
kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur,
memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani,
kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan
dan kebangsaan.
Berhasil atau tidaknya suatu pembelajaran ditemtukan
oleh banyak faktor-faktor pendukung. Faktor-faktor yang mempengaruhi ini bisa
berasal dari guru, siswa, materi pelajaran ataupun kondisi dan situasi saat
proses pembelajaran tengah berlangsung. Disiplin merupakan upaya untuk membuat
orang berada pada jalur sikap dan perilaku yang sudah ditetapkan pada individu
oleh orang tua. Kedisiplinan ini diajarkan oleh orang tua sejak dini, hal ini
dimaksudkan agar anak terbiasa dengan hidup teratur karena hal ini juga akan
berdampak positif bagi kehidupan dimasa yang akan datang. Pendidikan disiplin
merupakan suatu proses bimbingan yang bertujuan untuk menanmkan pola perilaku
tertentu, kebiasaan-kebiasaan tertentu, atau membentuk manusia dengan ciri-ciri
tertentu, terutama untuk meningkatkan kualitas mental dan moral (Sukadji,2002).
Peningkatan prestasi belajar peserta didik bukan
hanya tergantung dari individu itu. Akan tetapi prestasi belajar yang merupakan
faktor dari luar juga sangat besar pengaruhnya. Pada dasarnya individu memiliki
kemampuan yang sama dalam belajar, namun ada beberapa hal yang mempengaruhi
sehingga terjadi suatu perbedaan dalam mencapai prestasi belajar. Peserta didik
yang mengalami satu masalah, sebagian ada yang berusaha mengatasinya dan
berhasil keluar dari masalahnya, tetapi pada umumnya mereka tidak mampu
mengatasinya dengan sendiri sehingga memerlukan bantuan orang lain.
Selain sekolah dan masyarakat, keluarga adalah
lembaga pendidikan pertama yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan
pendidikan. Karena lembaga pendidikan keluarga merupakan lembaga pendidikan
yang pertama, tempat anak didik pertama-tama menerima pendidikan dan bimbingan
dari orang tuanya atau anggota keluarga lainnya. Orang tua sekarang ini hanya
memberikan kebutuhan materi kepada anaknya, sehingga mereka menjadi pribadi
yang tidak lengkap. Hal ini dimungkinkan oleh kesibukan-kesibukan orang tua
terutama yang berdiam di kota besar dan atau ketidaktahuan orang tua dalam
mendidik anak. Dari sebuah keluarga yang kurang harmonis maka seorang anak akan
hidup dalam kondisi yang tidak nyaman. Mereka akan lebih banyak melamun tentang
kondisi yang terjadi dalam rumahnya, merekapun akan semakin malas untuk belajar
yang mengakibatkan prestasi belajar mereka rendah sehingga kurang berhasil
dalam pembelajaran.
Dengan keadaan seperti itu, guru sebagai pengganti
orang tua yang berada di sekolah memiliki tanggung jawab moral dalam membantu
siswa untuk melaksanakan pembelajaran. Untuk menyelesaikan masalah tersebut,
peneliti ingin mengetahui fungsi Guru dalam membantu meningkatkan motivasi
belajar siswa broken home .
Pembahasan
1.
Keluarga
yang Broken Home
Masa remaja adalah masa yang dimana seorang sedang mengalami
saat kritis sebab ia akan menginjak ke masa dewasa. Remaja berada dalam masa
peralihan. Dalam masa peralihan itu pula remaja sedang mencari identitasnya.
Dalam proses perkembangan yang serba sulit dan masa-masa membingungkan dirinya,
remaja membutuhkan pengertian dan bantuan dari orang yang dicintai dan dekat
dengannya terutama orang tua atau keluarganya. Seperti yang telah disebutkan
diatas bahwa fungsi keluarga adalah memberi pengayoman sehingga menjamin rasa
aman maka dalam masa kritisnya remaja sungguh-sungguh membutuhkan realisasi
fungsi tersebut. Sebab dalam masa yang kritis seseorang kehilangan pegangan
yang memadai dan pedoman hidupnya. Masa kritis diwarnai oleh konflik-konflik
internal, pemikiran kritis, perasaan mudah tersinggung, cita-cita dan kemauan
yang tinggi tetapi sukar ia kerjakan sehingga ia frustasi dan sebaginya.
masalah keluarga yang broken home bukan menjadi masalah baru tetapi merupakan
masalah yang utama dari akar-akar kehidupan seorang anak. Keluarga merupakan
dunia keakraban dan diikat oleh tali batin, sehingga menjadi bagian yang vital
dari kehidupannya.
Broken home berasal dari dua kata
yaitu broken dan home. Broken berasal dari kata break yang
berarti keretakan, sedangkan home mempunyai arti rumah atau rumah tangga.
Jadi broken home adalah keluarga atau rumah tangga yang retak. Hal ini
dapat disebut juga dengan istilah konflik atau krisis rumah tangga. Di antara
krisis yang terjadi dalam rumah tangga adalah :
a)
Ketegangan hubungan atau
konflik suami istri.
b)
Konflik orang tua dengan
anak.
c)
Konflik dengan mertua.
d) Konflik sesama anak.
Ketegangan suami istri merupakan krisis
yang amat mendasar dan harus segera mendapat penyelesaian, dan mengupayakan
pencegahan sebelum terjadinya konflik. Keluarga retak atau broken home dinamakan
dengan istilah keluarga kacau. Keluarga kacau adalah keluarga kurang teratur
dan selalu mendua. Dalam keluarga ini cenderung timbul konflik (masalah), dan
kurang peka memenuhi kebutuhan anak-anak. Anak sering diabaikan dan
diperlakukan secara tidak wajar atau kejam, karena kesenjangan hubungan antara
mereka dengan orang tua. Keluarga kacau selalu tidak rukun. Orang tua sering
berperilaku kasar terhadap relasi (anak). Orang tua menggambarkan kemarahan
satu sama lain dan hanya ada sedikit relasi antara orang tua dengan
anak-anaknya. Anak terasa terancam dan tidak disayang. Hampir sepanjang waktu
mereka dimarahi atau ditekan. Anak-anak mendapatkan kesan bahwa mereka tidak
diinginkan keluarga. Dinamika keluarga dalam hanyak hal sering menimbulkan
kontradiksi, karena pada hakekatnya tidak ada keluarga. Rumah hanya sebagai
terminal dan tempat berteduh oleh individu-individu.
Ada kalanya suami terlalu sibuk dengan
berbagai urusan di luar rumah dan tidak mau memberikan empati (perhatian)
terhadap kesibukan istri. Suami hanya ingin memberikan hak-hak istri berupa
pemenuhan materi dan kebutuhan biologis. Namun lebih dari itu, istri memerlukan
perhatian, kasih sayang dan kemesraan hubungan. Adakalanya istri menuntut,
istri menjadi marah dan bersikap tidak hormat lagi kepada suami, yang kemudian
memiliki sikap “permusuhan” secara diam-diam atau tertampakkan.
Penyebab
timbulnya keluarga yang Broken Home
antara lain :
1)
Orang Tua
yang bercerai
Perceraian adalah berakhirnya suatu pernikahan. Saat dimana
kedua pasangan tidak ingin melanjutkan kehidupan pernikahannya. Perceraian
menunjukkan suatu kenyataan dari kehidupan suami istri yang tidak lagi dijiwai
oleh rasa kasih sayang.
2)
Kebudayaan
bisu dalam keluarga
Kebudayaan bisu ditandai oleh tidak adanya komunikasi dan
dialog antar anggota keluarga. Problem yang muncul dalam kebudayaan bisu
tersebut justru terjadi dalam komunitas yang saling mengenal dan diikat oleh
tali batin. Problem tersebut tidak akan bertambah berat jika kebudayaan bisu
terjadi diantara orang yang tidak saling mengenal dan dalam situasi yang
perjumpaan yang sifatnya sementara saja. Keluarga yang tanpa dialog dan
komunikasi akan menumpukkan rasa frustasi dan rasa jengkel dalam jiwa
anak-anak. Bila orang tua tidak memberikan kesempatan dialog dan komunikasi
dalam arti yang sungguh yaitu bukan basa basi atau sekedar bicara pada hal-hal
yang perlu atau penting saja; anak-anak tidak mungkin mau mempercayakan
masalah-masalahnya dan membuka diri.
3)
Perang
dingin dalam keluarga
Dapat dikatakan perang dingin adalah lebih berat dari pada
kebudayaan bisu. Sebab dalam perang dingin selain kurang terciptanya dialog
juga disisipi oleh rasa perselisihan dan kebencian dari masing-masing pihak.
Awal perang dingin dapat disebabkan karena suami mau memenangkan pendapat dan
pendiriannya sendiri, sedangkan istri hanya mempertahankan keinginan dan
kehendaknya sendiri.
2.
Peran
Guru dalam meningkatkan motivasi belajar
Guru
adalah sumber motivasi utama bagi semua anak di kelas, perilaku guru di kelas
memiliki pengaruh yang besar pada perkembangan mental anak, kasih sayang,
simpati, dan kerja sama yang menjadi karakteristik ideal guru yang terlibat
dalam kelas dapat membuat suasana belajar yang lebih baik bagi siswa dengan
kebutuhan khusus. Sifat ramah guru dengan anak-anak dapat membantu mereka untuk
mengekspresikan perasaannya dengan lebih mudah. Siswa akan merasa bebas
berdiskusi masalah mereka dengan gurunya dan mengajukan pertanyaan untuk
memperoleh kejelasan tenang kurikulum.
Perkembangan baru terhadap pandangan
belajar-mengajar membawa konsekuensi kepada guru untuk menigkatkan peranan dan
kompetensinya karena proses belajar-mengajar dan hasil belajar siswa sebagian besar
ditentukan oleh peranan dan kompetensi guru. Guru yang kompeten akan lebih
mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih mampu
mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat optimal.
Peranan dan kompetensi guru dalam proses
belajar-mengajar meliputi banyak hal sebagaimana yang dikemukakan oleh Adams
& Decey dalam Basic Principles of Student Theaching, antara lain guru
sebagai pengajar, pemimpin kelas, pembimbing, pengatur lingkungan, partisipan,
ekspeditor, perencana, supervisor, motivator dan konselor.
Guru yang ideal harus memiliki kemampuan memotivasi
siswa di dalam kelas, karena proses pembelajaran akan berhasil manakala siswa
mempunyai motivasi dalam belajar. Oleh karena itu, guru perlu menumbuhkan
motivasi belajar siswa, untuk memperoleh hasil yang optimal guru dituntut untuk
kreatif membangkitkan motivasi belajar siswa, sehingga terbentuklah perilaku
belajar yang efektif.
Dalam perspektif managemen maupun psikologi, kita
dapat menjumpai beberapa teori tentang motivasi yang diharapkan dapat membantu
para guru untuk mengembangkan keterampilan dalam memotivasi para siswanya agar
menuntukkan prestasi belajar atau kinerja yang unggul. Karena siswa harus
mempunyai dasar yang mendorong aktivitas belajar.
3.
Upaya
Guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa broken home
Permasalahan
tentang broken home terkadang
memiliki dampak yang sangat besar terhadap perkembangan anak.
Permasalahan-permasalahan yang muncul dalam keluarga, tidak adanya komunikasi
dengan orang tua dan kurangnya perhatian terhadap anak secara tidak langung
mempengaruhi kondisi baik psikis dan fisik siswa. Tidak jarang beberapa siswa
mengalami gangguan perkembangan sebagai dampak dari terjadinya broken home.
Tindakan-tindakan
yang cenderung negatif juga biasanya menjangkit anak-anak yang memiliki
keluarga yang broken home. Kesendirian
dan keterasingan terhadap keluarga dan lingkungannya memicu mereka mencari
pelampiasan lain agar mereka menjadi pusat perhatian ataupun membuat diri
mereka merasa tenang. Dan akhirnya, akademik siswa menjadi terganggu dan
mengakibatkan menurunnya nilai dan juga motivasi belajar siswa.
Setiap bagian di dalam
masyarakat bertanggung jawab dalam membantu siswa agar siswa dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa. Guru sendiri mempunyai peran sangat berat dalam rangka
untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Sebagai seorang guru yang baik,
ketika kita menghadapi anak yang menjadi korban dari Broken Home, adalah dengan
mendekati anak tersebut dengan lembut. Berbicara dari hati ke hati. Dan pada
saat menghadapi anak tersebut, jadilah teman mereka. Bukan guru mereka. Karena
yang mereka butuhkan adalah teman yang dapat mengerti mereka dan dapat membantu
mereka.
Kejiwaan seorang anak
sangat sensitif. Terutama kejiwaan anak korban broken home, mereka cenderung
menutup diri dan tidak bergaul. Pendekatan yang baik adalah dengan mengobrol
dengan mereka di luar jam kelas. Bukan di dalam lingkungan sekolah dan dalam
cuaca yang cerah. Karena cuaca juga memberikan faktor yang sangat penting dalam
proses pendekatan dengan anak broken home.
Harus ada
pendekatan yang intensif kepada siswa, cobalah mengajak ngobrol mengenai
hal-hal yang sangat mereka sukai. Hingga tanpa diminta, anak tersebut akan
dengan sendirinya menceritakan kepada kita perihal yang akan terjadi di dalam
keluarga. Bercerita tentang masalah yang dihadapi siswa secara tidak sadar akan
membantu mereka dalam menghadapi masalahnya. Selain siswa, orang tua juga harus
diberi pengertian tentang kondisi anak disekolah. Perubahan-perubahan yang
muncul harus menjadi perhatian semua aspek. Orang tua yang menjadi masalah juga
harus tahu apa yang menjadi dampak dari permasalahan rumah tangga.
Setelah semua
aspek mendukung untuk siswa dalam merubah sikap dan pikirannya. Kita sebagai
guru harus bisa membangkitkan minat siswa dalam belajar. Pengaitan pembelajaran dengan minat siswa adalah
sangat penting, dan karena itu tunjukkanlah bahwa pengetahuan yang dipelajari
itu sangat bermanfaat bagi mereka. Demikian pula tujuan pembelajaran yang
penting adalah membangkitkan hasrat ingin tahu siswa mengenai pelajaran yang akan
datang, dan karena itu pembelajaran akan mampu meningkatkan motivasi instrinsik
siswa untuk mempelajari materi pembelajaran yang disajikan oleh guru.
Dalam
pembelajaran, metode yang di gunakan guru harus semenarik mungkin agar bisa
menciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar. Guru harus mampu
menyajikan informasi dengan menarik, dan asing bagi siswa-siswa. Sesuatu
informasi yang disampaikan dengan teknik yang baru, dengan kemasan yang bagus
didukung oleh alat-alat berupa sarana atau media yang belum pernah dikenal oleh
siswa sebelumnya sehingga menarik perhatian bagi mereka untuk belajar.
Terakhir,
nilai dan pujian merupakan hasil dari kinerja siswa dalam melakukan pembelajan.
Pujian yang diberikan kepada setiap pekerjaan siswa akan membuat kepercayaan
tumbuh dan mendorong hasil kerja yang lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Wina Senjaya. 2008. Strategi Pembelajaran;
Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:
http://greytikoropit.blogspot.co.id/2012/10/broken-home-dan-pengaruh-negatifenya.html diakses pada tanggal 20 mei
pukul 23:40
http://uviedogawa.blogspot.co.id/2013/11/materi-peran-guru-dalam-meningkatkan.html
diakses pada tanggal 20 mei 2016 pukul 23:25
0 komentar:
Posting Komentar