Sosiologi : Pemberdayaan Masyarakat

A.    Historis Perkembangan Pemberdayaan Masyarakat
1.      Definisi Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan adalah terjamahan dari empowerment. Menurut Mernam Webster Oxford English Dictionary, kata empower mengandung dua pengertian yaitu :
·         to give power atau memberikan kekuasaan, mengalihkan atau mendelegasikan otoritas dari pihak lain.
·          to give ability to atau enable atau usaha untuk memberikan kemampuan.
Menurut definisinya, pemberdayaan masyarakat dapat diartikan sebagai upaya peningkatan kemampuan masyarakat (miskin) untuk berpartisipasi, bernegosiasi, memengaruhi dan mengendalikan kelembangaan masyarakat secara bertanggung-gugat demi perbaikan kehidupannya. Pemberdayaan dapat juga diartikan sebagai upaya untuk memberikan daya (empowermnet) atau kekuatan (strength) kepada masyarakat.

2.      Tujuan Pemberdayaan Masyarakat
Tujuan dari pemberdayaan masyrakat, yaitu :  “Terwujudnya Kemandirian Masyarakat Yang Berbasis Kepada Pembangunan Manusia Seutuhnya Menuju Kesejahteraan  Masyarakat”
3.      Sasaran Pemberdayaan Masyarakat
Adapun Sasaran dari Pemberdayaan Masyarakat :
a)      Meningkatnya Kualitas Sumberdaya Aparatur Pemerintahan Desa dan Masyarakat.
b)      Penilaian dan Evaluasi  Desa-desa Berprestasi.
c)      Peningkatan Data Dasar Desa.
d)     Peningkatan Kerjasama Antar Lembaga Terkait.
e)      Mengoptimalkan Program Pemberdayaan Masyarakat Perdesaan.
4.      Histori Perkembangan Pemberdayaan Masyaraka
Historis perkembangan pemberdayaan masyarakat secara global dimulai ketika zaman Renaissance. Latar belakang dari Renaissance adalah Eropa mengalami masa kegegelan karena kepentingan pemikiran yang dikusai oleh para pemimpin Gereja. Pemikiran manusia pada Abad Pertengahan ini mendapat doktrinasi dari gereja. Oleh karena itu disebut Dark Age atau Zaman Kegelapan.
Renaissance muncul karena bubarnya jaringan-jaringan sosial lama dan pertumbuhan elite baru yang terspesialisasi sehingga gereja berusaha untuk kembali mendesak kendali dan manyatukan kembali masyarakat lewat pemakaian berbagai teknik semangat Renaissance sehingga menyebar ke seluruh Italia dan Eropa. Dengan munculnya zaman renaissance terdapat beberapa perubahan, yaitu perubahan pola pikir dan perubahan pada kebudayaan.
Pertumbuhan manusia yang terus berkembang membuat manusia berkembang lebih cepat daripada produksi bahan pangan. Kemampuan menghasilkan pangan menjadi sangat terbatas. Untuk itu perlu diupayakan pengembangan sumber daya alam. Karena itulah muncul Revolusi Hijau.
Secara harafiah Revolusi Hijau (Green Revolution) berarti adalah perubahan secara cepat dalam memproduksi bahan makanan. Terdapat dua metode untuk meningkatkan produksi bahan makanan, yakni metode ekstensifikasi dan Intensifikasi. Metode Ekstensifikasi dilakukan dengan cara memperluas lahan pertanian dalam meningkatkan produksi bahan makanan. Sedangkan metode Intensifikasi adalah dengan cara meng-intensif-kan lahan pertanian yang ada, supaya produktivitas lahan terus meningkat.
Gebrakan revolusi hijau di Indonesia memang terlihat pada dekade 1980-an. Revolusi Hijau bahkan telah mengubah secara drastis hakekat petani. Dalam sejarah peradaban manusia, petani bekerja mengembangkan budaya tanam dengan memanfaatkan potensi alam untuk pemenuhan kebutuhan hidup manusia. Namun perkembangan revolusi hijau di Indonesia dimaknai berbeda. Fokusnya menjadi pertumbuhan ekonomi membuat penguasa bertindak sangat kejam terhadap masyarakat lemah. Sungguh memprihatinkan. Kearifan petanipun dimatikan dengan penyeragaman. Kemandirian digantikan dengan ketergantungan. Keseimbangan lingkungan dan sosial terganggu akibat penggunaan bahan-bahan kimia non organik tinggi seperti pupuk buatan, insektisida, pestisida, fungisida dan herbisida.
Untuk memperbaiki dan menstabilkan harga, Maka sejak tahun 1969, Indonesia dapat memulai membentuk rancangan pembangunan yang disebut Rencana Pembangunan Lima Tahun (REPELITA). Program tersebut berguna untuk memperbaiki masalah-masalah yang ada di masyarakat. fokusnya tidak hanya meningkatkan ekonomi negara saja. Namun kesejahteraan masyarakat tetap menjadi prioritas utama bagi pemerintah.
B.     Landasan Folosofi dan Landasan Sosiologi Pemberdayaan Masyarakat
1.      Landasan Filosofi Pemberdayaan Masyarakat
a)      Proses Pemberdayaan Masyarakat
1)      Pembebasan
Proses pendidikan merupakan suatu daur bertindak dan berfikir yang berlangsung terus menerus. Dengan daur belajar seperti ini, setiap anak didik secara langsung dilibatkan dalan masalah-masalah realitas dunia dan keberadaan mereka didalamnya. Karena itu pendidikan ini juga disebut pendidikan hadap masalah. Anak didik menjadi subyek yang belajar, subyek yang bertindak dan berfikir, dan pada saat bersamaan berbicara menyatakan hasil tindakan dan buah pikirannya. Begitu juga sang guru. Jadi murid dan guru saling belajar satu sama lain dan saling memanusiakan. Dalam hal ini guru mengajukan bahan untuk pertimbangan oleh murid dan di diskusikan bersama sang guru. Hubungan keduanyapun menjadi subyek-subyek, bukan sunyek-obyek. Obyeknya adalah realitas yang ada. Sehingga terciptanya suasana dialogis yang bersifat intersubyek untuk memahami suatu obyek bersama. pemberdayaan masyarakat adalah pemberdayaan masyarakat tidak membuat program begitu saja tanpa mengajak bicara dengan warga masyarakat. Oleh karena itu, kalau banyak proyek yang tidak bisa dirasakan oleh masyarakat maka program itu hanya dirumuskan oleh pengembang tanpa memperhatikan kebutuhan masyarakat tetapi hanya mementingkan kebutuhannya sendiri.
2)      Penyadaran
Pembebasan dan pemanusiaan manusia, hanya bisa dilaksanakan, jika seseorang telah menyadari realitas dirinya sendiri dan lingkungan sekitarnya. Seseorang yang tidak menyadari realitas dirinya dan duia sekitarnya, tidak akan pernah mampu mengenli apa yang sesungguhnya ingin dicapai. Memahami realitas diri dan dunia sekitar adalah merupakan fitroh kemanusiaan dan pemahaman itu sendiri adalah penting baginya.
Karena pendidikan adalah suatu proses yang terus menerus mulai dan mulai lagi, maka proses penyadaran merupakan proses yang inheren dalam keseluruhan proses pendidikan itu sendiri. Dunia kesadaran seseorang memang tidak boleh berhenti dan mandeg, ia mesti berproses terus, berkembang dari satu tahap ketahap berikutnya, dari tingkat kesadaran naif sampai ketingkat kesadaran kritis.
Dalam teorinya Freire menyebutkan macam-macam tingkat kesadaran, yaitu:
·         Tingkat kesadaran terendah disebut intransitive consciosness. Yaitu perhatiannya terikat pada kebutuhan pokok, terikat pada kebutuhan jasmani dan tidak sadar akan sejarah, tenggelam dalam masa kini yang menindas.
·         Semi intrasitivy atau magical consciosness. Dalam level ini orang meninternalisasikan nilai-nilai negatif dan sangat terpengaruh oleh emosi.
·         Naive consciosness dimana orang mulai mempertanyakan tentang situasi hidup tetapi naif dan primitif.
·         Critical consciosness yaitu merupakan tahap yang dicapai melalui proses penyadaran yang ditandai dengan kedalaman menafsirkan masalah-masalah, percaya diri dalam diskusi-diskusi, kemampuan menerima dan menolak untuk mengelak dari tanggung jawab.
b)      Landasan Filosofis Pemberdayaan Masyarakat
Landasan normative dalam pemberdayaan masyarakat. Norma adalah untuk memberikan petunjuk kepada manusia bagaimana seseorang harus bertindak dalam masyarakat serta perbuatan-perbuatan mana yang harus dijalankannya, dan perbuatan-perbuatan mana yang harus dihindari.
Landasan yuridis dapat dilihat pada pasal-pasal dalam konstitusi mengamanatkan bahwa setiap warga negara berhak atas kesejahteraan sosial yang sebaik-baiknya dan pemerintah wajib melindungi kehidupan dan penghidupan bangsa Indonesia dan berusaha untuk mewujudkan kesejahteraan sosial bagi setiap warga Negara Indonesia. Undang-Undang Dasar 1945, khususnya dapat dilihat pada pasal 27 ayat (2), pasal 28 huruf H ayat (3), serta pasal 34 ayat (1) dan (2), diatur mengenai hak-hak warga Negara dalam memperoleh kesejahteraan sosial.
Secara filosofis, model pengembangan masyarakat semestinya diarahkan pada:
·         Memandang manusia atau masyarakat sebagai focus dan sumber utama pengembangan. Sehingga apabila sudah mengberdayakan sumber utama yaitu manusia atau masyarakat maka akan mudah memberdayakan yang lain.
·         Menjadikan musyawarah sebagai metode kerjanya. Agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam mengadakan program maka sebelum itu dilakukan musyawarah antara masyarakat bersama agar mendapatkan kesepakatan.
·         Penyadaran dan pembebasan sebagai proses kesejahteraan hidup sebagai tujuan akhir. Implikasinya terhadap pemberdayaan masyarakat adalah pemberdayaan masyarakat tidak membuat program begitu saja tanpa mengajak bicara dengan warga masyarakat. Oleh karena itu, kalau banyak proyek yang tidak bisa dirasakan oleh masyarakat maka program itu hanya dirumuskan oleh pengembang tanpa memperhatikan kebutuhan masyarakat tetapi hanya mementingkan kebutuhannya sendiri
c)      Implikasi Landasan Filosofis dalam Menganani Kemiskinan Absolute dan Kemiskinan Relative
1)      Kemiskinan Absolute
Kemiskinan absolute yaitu ketika tingkat pendapatannya di bawah “garis kemiskinan” atau sejumlah pendapatannya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan minimum, antara lain kebutuhan pangan, sandang, kesehatan, perumahan, dan pendidikan yang diperlukan untuk bisa hidup dan bekerja. Bank Dunia menetapkan bahwa garis batas kemiskinan adalah US $ 50 perkapita pertahun untuk pedesaan dan US $ 75 perkapita per tahun untuk perkotaan.
2)      Kemiskinan Relative
Yaitu kondisi dimana pendapatannya berada pada posisi di atas garis kemiskinan, namun relatif lebih rendah dibanding pendapatan masyarakat sekitarnya.Kemiskinan relative dibedakan menjadi dua yaitu kemiskinan cultural yaitu karena mengacu kepada persoalan sikap seseorang atau masyarakat yang disebabkan oleh faktor budaya, seperti tidak mau berusaha untuk memperbaiki tingkat kehidupan, malas, pemboros, tidak kreatif; meskipun ada usaha dari pihak luar untuk membantunya. Kemiskinan structural yaitu kondisi atau situasi miskin karena pengaruh kebijakan pembangunan yang belum menjangkau seluruh masyarakat sehingga menyebabkan ketimpangan. Soetandyo wignjosoebroto dalam “Kemiskinan Struktural: Masalah dan Kebijakan”
d)     Cara Mengatasi Kemiskinan Absolute Melalui Pendidikan
Untuk mengatasi kemiskinan absolute melalui jalur pendidikan adalah dengan menggunakan pendekatan person in environment dan person in situation dengan strategi penigkatan kemampuan orang miskin dalam menjalankan tugas kehidupan sesuai statusnya.
2.      Landasan Sosiologis Pemberdayaan Masyarakat
Landasan sosiologis merupakan gambaran bahwa peraturan yang dibentuk adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan. Landasan sosiologis merupakan gambaran fakta empiris mengenai perkembangan masalah, kebutuhan masyarakat serta negara.
Pemerintah sampai saat ini membagi penanggulangan kemiskinan menjadi 3 (tiga) kluster :
·         Kluster Pertama, meliputi program bantuan dan perlindungan sosial
·         Kluster kedua, pemberdayaan masyarakat melalu PNPM
·         Kluster ketiga, program bantuan pengembangan usaha mikro
C.    Prinsip-Prinsip Pemberdayaan Masyarakat
1.      Prinsip-Prinsip Pemberdayaan Masyarakat
Ada beberapa prinsip dasar dalam pemberdayaan masyarakat agar mewujudkan masyarakat yang berdaya atau mandiri.
a)      Penyadaran
Masyarakat yang sadar juga mulai menemukan peluang-peluang dan memanfaatkannya, menemukan sumberdaya-sumberdaya yang ada ditempat itu yang barangkali sampai saat ini tak pernah dipikirkan orang. Masyarakat yang sadar menjadi semakin tajam dalam mengetahui apa yang sedang terjadi baik di dalam maupun diluar masyarakatnya. Masyarakat menjadi mampu merumuskan kebutuhan-kebutuhan dan aspirasinya.
b)      Pelatihan
Pendidikan disini bukan hanya belajar membaca,menulis dan berhitung, tetapi juga meningkatkan ketrampilan-ketrampilan bertani, kerumahtanggaan, industri dan cara menggunakan pupuk. Juga belajar dari sumber-sumber yang dapat diperoleh untuk mengetahui bagaimana memakai jasa bank, bagaimana membuka rekening dan memperoleh Pinjaman.
c)      Pengorganisasian
Agar menjadi kuat dan dapat menentukan nasibnya sendiri, suatu masyarakat tidak cukup hanya disadarkan dan dilatih ketrampilan, tapi juga harus diorganisir. Organisasi berarti bahwa segala hal dikerjakan dengan cara yang teratur, ada pembagian tugas diantara individu-individu yang akan bertanggungjawab terhadap pelaksanaan tugas masing-masing dan ada kepemimpinan yang tidak hanya terdiri dari beberapa gelintir orang tapi kepemimpinan diberbagai tingkatan.
d)     Pengembangan kekuatan
Kekuasaan berarti kemampuan untuk mempengaruhi orang lain. Bila dalam suatu masyarakat tidak ada Penyadaran, Latihan atau organisasi, orang-orangnya akan merasa tak berdaya dan tak berkekuatan. Mereka berkata “kami tidak bisa, kami tidak punya kekuatan”. Pada saat masyarakat merasa memiliki Potensi atau kekuatan, mereka tidak akan mengatakan lagi, “kami tidak bisa”, tetapi mereka akan berkata “kami mampu!”. Masyarakat menjadi percaya diri. Nasib mereka berada di tangan mereka sendiri. Pada kondisi seperti ini bantuan yang bersifat fisik, uang, teknologi dsb. Hanya sebagai sarana perubahan sikap.
e)      Membangun Dinamika
Dinamika orang miskin berarti bahwa masyarakat itu sendiri yang memutuskan dan melaksanakan program-programnya sesuai dengan rencana yang sudah digariskan dan diputuskan sendiri. keputusan-keputusan harus diambil dari dalam masyarakar sendiri. Semakin berkurangnya kontrol dari masyarakat terhadap keputusan-keputusan itu, semakin besarlah bahaya bahwa orang-orang  tidak mengetahui keputusan-keputusan tersebut atau bahkan keputusan-keputusan itu keliru.
D.    Teori-Teori Pemberdayaan Masyarakat
1.      Teori Ketergantungan
a)      Sejarah Teori Ketergantungan
Teori Ketergantungan atau dikenal teori depedensi (Dependency Theory) adalah salah satu teori yang melihat permasaalahan pembangunan dari sudut Negara Dunia Ketiga. Dependensi (ketergantungan) adalah keadaan dimana kehidupan ekonomi negara–negara tertentu dipengaruhi oleh perkembangan dan ekspansi dari kehidupan ekonomi negara–negara lain, di mana negara–negara tertentu ini hanya berperan sebagai penerima akibat saja.
Teori ketergantungan ini muncul sebagai dampak ketimpangan kemajuan antara negara maju dan negara miskin. Raul Presbich mengkaji pertumbuhan ekonomi negara berkembang dengan negara maju, beserta aktivitas ekonomi di berbagai negara. Teori ketergantungan secara garis besar bisa dibagi menjadi dua macam, yaitu :
·         Teori Depensi Klasik
kapitalisme global akan membuat ketergantungan masa lalu dan sekarang oleh karena itu negara yang tidak maju dan berkembang harus memutuskan hubungan dengan negara maju supaya negara berkembang bisa maju.
·         Teori Depensi Modern
Theontonio Dos Santos membagi tiga bentuk ketergantungan negara ketiga, yaitu ketergantungan kolonial, ketergantungan finansial-industrial, ketergantungan tekhnologi-industrial.
b)      Bentuk-Bentuk Ketergantungan
1)      Ketergantungan Kolonial
2)      Ketergantungan Finansial Industrial
3)      Ketergantungan Teknologi Industrial
c)      Kritik
Mereka mengkritik bahwa teori depedensi bukan merupakan karya ilmiah, melainkan lebih merupakan pamflet politik. Teori modernisasi mengatakan bahwa, teori depedensi memberi penjelasan dan analisa ilmiah tentang persoalan yang ada di negara dunia ketiga. Kategori teoritis, teori depedensi telah secara berlebihan menekankan pentingnya pengaruh faktor eksternal, dengan hampir melupakan dinamika internal. implikasi kebijakan, teori depedensi berpendapat bahwa selama hubungan pertukaran yang tidak seimbang ini tetap bertahan sebagai landasan hubungan internasional, maka ketergantungan dan keterbelakangan negara dunia ketiga tetap tidak terselesaikan.
2.      Teori Modernisasi
a)      Sejarah Teori Modernisasi
Teori modernisasi fokus pada cara masyarakat pramodern menjadi modern melalui proses pertumbuhan ekonomi dan perubahan struktur sosial, politik dan budaya. Masyarakat modern adalah masyarakat industri. Oleh karena itu, hal pertama yang harus dilakukan untuk memodernkan masyarakat adalah dengan industrialisasi.
Teori modernisasi berkembang dalam tiga fase. Fase pertama (1950-an dan 1960-an), fase kedua (1970-an dan 1980-an), fase ketiga (1990-an). Teori modernisasi lahir sebagai sejarah tiga peristiwa penting dunia setelah Perang Dunia II, yaitu munculnya Amerika Serikat sebagai kekuatan dominan dunia, perluasan gerakan komunis sedunia dimana Uni Soviet mampu memperluas pengaruh politiknya ke Eropa Timur dan Asia serta lahirnya negara-negara merdeka baru di Asia (Afrika dan Amerika Latin). Terdapat dua teori yang melatarbelakangi lahirnya teori modernisasi, yaitu teori evolusi dan teori fungsionalisme.
b)      Tahapan Modernisasi
Lima tahapan dalam modernisasi, yaitu :
1)      Masyarakat tradisional: tahapan ini ditandai dengan kegiatan bertani dan barter.
2)      Persiapan untuk tinggal landas: tahapan ini ditandai dengan adanya spesialisasi, produksi barang dan perdagangan. Selain itu, infrastruktur transportasi dikembangkan untuk mendukung perdagangan. Tahapan ini pada akhirnya mendorong adanya investasi.
3)      Tinggal landas: pada tahapan ini terjadi peningkatan industrialisasi dan ekonomi beralih dari pertanian ke manufaktur.
4)      Menuju kematangan: pada tahap ini terjadi diversifikasi ekonomi ke daerah baru dan sedikit ketergantungan pada impor.
5)      Konsumsi massa: pada tahap ini ekonomi menuju konsumsi massa dan pelayanan di sektor jasa semakin mendominasi.
c)      Kritik
Daniel Lerner menyatakan bahwa teori modernisasi melupakan sejarah yang terjadi pada Negara Dunia Ketiga. Dalam sejarahnya, Negara Dunia Ketiga mengalami masa penjajahan oleh bangsa Eropa sehingga membuat negara tersebut tertinggal. Selain itu, teori ini menyatakan bahwa untuk menjadi modern, Negara Dunia Ketiga harus mengikuti proses yang terjadi di Negara Dunia Pertama (negara Barat). Akan tetapi, proses Negara Dunia Pertama menjadi modern membutuhkan waktu yang sangat panjang.
3.      Teori Sistem Dunia
Ada beberapa pandangan menurut beberapa ahli dalam merumuskan atau mendefiniskan teori sistem dunia :
·         Immanuel  Wallerstein, dunia dikusai oleh sistem-sistem kecil atau sistem mini dalam bentuk kerajaan atau bentuk pemerintahan lainnya.
·         James Petras, dunia ini cukup dipandang hanya sebagai satu sistem ekonomi saja, yaitu sistem ekonomi kapitalis. Teori ini  berkeyakinan bahwa tidak ada negara yang dapat melepaskan diri dari ekonomi kapitalis yang mendunia.
Dari teori ini kita bisa menilai apa yang terjadi, Teori sistem dunia (TSD) mengajukan konsep international division of labor dimana setiap negara memiliki fungsi masing-masing sesuai dengan posisi mereka di dalam sistem ekonomi dunia. Menurut TSD struktur ekonomi dunia terdiri atas kelompok negara-negara pusat (core), semi-pinggiran (semi periphery) dan pinggiran (periphery).
Terdapat satu konsep dalam perspektif sistem dunia, Menurut Wallerstein, dunia terlalu kompleks untuk dijelaskan dengan model dwi kutub, yakni sentral (inti) dan pinggiran (periferi). Negara inti merupakan negara kapitalis dominan yang mengeksploitasi negara periferi dalam hal tenaga kerja dan bahan-bahan mentah. Negara ini paling diuntungkan dalam sistem ekonomi kapitalis. Negara periferi bergantung pada negara inti dalam hal modal. Karakteristik negara ini ditunjukkan dengan industrinya yang masih terbelakang. Negara periferi tidak memiliki pemerintah pusat yang kuat atau dikendalikan oleh negara-negara lain, bahan baku diekspor ke negara inti dan bergantung pada praktik kerja yang koersif.
E.     Proses dan Bias dalam Aplikasi Pemberdayaan Masyarakat
1.      Pengaplikasian Pemberdayaan Masyarakat
Pembangunan pertanian pedesaan harus berorientasi pada pemberdayaan masyarakat. Pemenuhan kebutuhan dapat dilakukan dengan memanfaatkan sumber daya yang ada di lingkungan sekitar. Diantaranya sumber daya yang tersembunyi berupa limbah. Limbah di pedesaan mayoritas berasal dari limbah dapur dan ternak. Adapun yang akan dibahas disini adalah pemanfaatan limbah kotoran ternak.
Pemanfaatan limbah peternakan (kotoran ternak) merupakan salah satu alternatif yang sangat tepat untuk mengatasi naiknya harga pupuk dan kelangkaan bahan bakar minyak. Apalagi pemanfaatan kotoran ternak sebagai sumber bahan bakar dalam bentuk biogas. Pemanfaatan kotoran ternak sebagai sumber energi, tidak mengurangi jumlah pupuk organik yang bersumber dari kotoran ternak.
      Dari aspek sosio-kultural penerapan teknologi baru kepada masyarakat merupakan suatu tantangan tersendiri akibat rendahnya latar belakang pendidikan, pengetahuan, dan wawasan yang mereka miliki. Begitu juga dengan penerapan teknologi biogas. Untuk itu diperlukan sosialisasi yang tepat kepada masyarakat agar dapat dijadikan sebagai rintisan wirausaha baru.
      Manfaat yang diharapkan dari kegiatan pemberdayaan masyarakat :
1.      Hasil dari kegiatan yang akan dilakukan diharapkan dapat menjadi rintisan kegiatan sistem pengelolaan limbah ternak yang berdaya guna.
2.      Biogas yang dihasilkan dapat dijadikan sebagai sumber belajar (real teaching)
3.      Program yang dijalankan dapat dijadikan sebagai media penghubung antar keluarga dalam pengelolaan dan penyaluran biogas yang dihasilkan sehingga dapat terbentuk atmosfir sosio kultural yang harmonis dan berkesinambungan.
4.      Membuka peluang kerja bagi masyarakat petani dan peternak sapi sehingga memperkecil arus urbanisasi.
5.      Meningkatkan pendapatan masyarakat petani dan peternak sapi di daerah tersebut sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga.
Biogas adalah gas mudah terbakar (flammable) yang dihasilkan dari proses fermentasi bahan-bahan organik oleh bakteri-bakteri anaerob (bakteri yang hidup dalam kondisi kedap udara). Pada umumnya semua jenis bahan organik bisa diproses untuk menghasilkan biogas, namun demikian hanya bahan organik (padat, cair) homogen seperti kotoran dan urine hewan ternak yang cocok untuk sistem biogas sederhana.
Limbah biogas, yaitu kotoran ternak yang telah hilang gasnya (slurry) merupakan pupuk organik yang sangat kaya akan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh tanaman. Bahkan, unsur-unsur tertentu seperti protein, selulose, lignin dan lain-lain tidak dapat digantikan oleh pupuk kimia.
                  Tabel 2. Komposisi gas yang ada dalam biogas
Jenis Gas
Volume (%)
Metana (CH4)
40 – 70
Karbondioksida (CO2)
30 – 60
Hidrogen (H2)
0 – 1
Hidrogen Sulfida (H2S)
0 – 3

Adapun cara pengoperasian reaktor biogas dalam skala rumah tangga :
1.      Buat campuran kotoran ternak dan air dengan perbandingan 1:1 (bahan biogas).
2.      Masukkan bahan biogas ke dalam reaktor melalui tempat pengisian sebanyak 2000 liter, selanjutnya akan berlangsung proses produksi biogas ke dalam reaktor.
3.      Setelah kurang lebih 10 hari reaktor gas dan penampung biogas akan terlihat mengembung dan mengeras karena adanya biogas yang dihasilkan. Biogas sudah dapat digunakan sebagai bahan bakar, kompor biogas dapat dioperasikan.
4.      Sekali-sekali reaktor biogas digoyangkan supaya terjadi penguraian yang sempurna dan gas yang terbentuk di bagian bawah naik ke atas, lakukan juga pada setiap pengisian bahan bakar.
5.      Pengisian bahan biogas selanjutnya dapat dilakukan setiap hari, yaitu sebanyak ± 40 liter setiap pagi dan sore. Sisa pengolahan bahan biogas berupa sludge (lumpur) secara otomatis akan keluar dari reaktor setiap kali dilakukan pengisian bahan biogas. Sisa hasil pengolahan bahan biogas tersebut dapat digunakan langsung sebagai pupuk organik, baik dalam keadaan basah maupun kering.
Pemeliharaan dan perawatan reaktor biogas :
1.      Hindarkan reaktor dari gangguan anak, tangan jahil ataupun dari ternak yang dapat merusak reaktor dengan cara memagar dan memberi atap supaya air tidak dapat masuk ke dalam galian reaktor.
2.      Isilah selalu pengaman gas dengan air sampai penuh. Jangan biarkan sampai kosong karena gas yang dihasilkan akan terbuang melalui pengaman gas.
F.     Partisipasi dan Globalisasi dalam Pemberdayaan Masyarakat
1.      Partisipasi dalam Pemberdayaan Masyarakat
Partisipasi dan pemberdayaan merupakan dua buah konsep yang saling berkaitan. Untuk menumbuhkan partisipasi masyarakat diperlukan upaya berupa pemberdayaan. Masyarakat yang dikenal “tidak berdaya” perlu untuk dibuat “berdaya” dengan menggunakan berbagai model pemberdayaan. Pemberdayaan yang memiliki arti sangat luas tersebut memberikan keleluasaan dalam pemahaman dan juga pemilihan model pelaksanannya sehingga variasi di tingkat lokalitas sangat mungkin terjadi. Konsep partisipasi dalam pembangunan di Indonesia mempunyai tantangan yang sangat besar.
Upaya memberdayakan partisipasi masyarakat dalam penyusunan program-program pembangunan (daerah), harus dilakukan melalui tiga cara :
a)      Pertama, menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat untuk berkembang.
b)      Kedua, memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat dengan menerapkan langkah-langkah nyata, menampung berbagai masukan, menyediakan prasarana dan sarana baik fisik maupun sosial yang dapat diakses oleh masyarakat lapisan paling bawah.
c)      Ketiga, memberdayakan masyarakat dalam arti melindungi dan membela kepentingan masyarakat lemah.
2.      Globalisasi dalam Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan di era global membutuhkan kekuatan moral baik dari pemimpin maupun masyarakat. Diperlukan keseimbangan dalam aspek-aspek wawasan global, kebangsaan, keagamaan dan kemanusiaan. Serta perubahan culture set dari konsumtif ke produktif. Transformasi Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat Globalisasi, Pembangunan dan Pemberdayaan Daerah Di masa yang akan datang, masyarakat kita jelas akan menghadapi banyak perubahan sebagai akibat dari kemajuan yang telah dicapai dalam proses pembangunan sebelumnya,kemajuan pesat ilmu pengetahuan dan teknologi serta pengaruh globalisasi. Satu hal yang tidak mungkin dihindari adalah kegiatan pembangunan nasional akan semakin terkait erat dengan perkembangan internasional.
pembangunan daerah diupayakan menjadi prioritas penting dalam pembangunan kita di masa datang. Upaya demikian sekurang-kurangnya perlu memperhatikan tiga hal penting yaitu;
a)      Bentuk kontribusi riil dari daerah yang diharapkan oleh pemerintah pusat dalam proses pembangunan dasar
b)      Aspirasi masyarakat daerah sendiri, terutama yang terefleksi pada prioritas program-program pembangunan daerah
c)      Keterkaitan antar daerah dalam tata perekonomian dan politik.
Seseorang yang mempunyai perilaku konsumtif dapat dikatakan tidak lagi mempertimbangkan fungsi atau kegunaan ketika membeli barang, melainkan mempertimbangkan prestise yang melekat pada barang tersebut. Hal ini didukung berbagai rekayasa budaya yang dilakukan oleh kaum kapitalis dengan cara memproduksi simbol-simbol kemewahan dan keanggunan, agar di konsumsi oleh masyarakat. Bahkan seolah-olah dijanjikan bahwa bagi siapa yang mengkonsumsi produk tertentu, maka status sosialnya lebih bergengsi atau berkelas.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi masyarakat menjadi konsumtif, yaitu:
a)      Diciptakannya tren untuk membuat masyarakat melakukan pembelian;
b)      Membeli barang sebagai Self Reward System (sistem pemberian upah) dan merayakan kebahagiaan atas kesuksesan yang diraih;
c)      Pembelian barang bisa menyelesaikan semua masalah;

d)     Identitas diri disetarakan dengan barang yang dimiliki;

Share this:

,

CONVERSATION

0 komentar:

Posting Komentar