Konstruksi Budaya Konsumerisme dalam Iklan
BAB
I
PEMBAHASAN
- LATAR BELAKANG
Diakui atau tidak, dewasa ini iklan sudah sersebar
dan dapat dilihat semua manusia di dunia. Dimana iklan digunakan untuk menyihir
kesadaran seseorang untuk mengikuti citra yang ditawarkan. Iklan telah memasuki
sendi-sendi kehidupan manusia. Orang sudah tidak lagi sadar akan nilai guna
dari suatu produk, namun seseorang mengkonsumsi produk tidak pada
mempertimbangkan terhadap nilai guna. Akan tetapi pada terhadap citra seperti
yang tergambarkan pada sebuah iklan. Produk dalam hal ini hanya dipandang sebagai
komoditi yang tidak hanya memenuhi kebutuhan sesuai dengan fungsi dari barang
atau benda yang ingin dikonsumsi. Namun lebih dari itu, produk digunakan oleh
masyarakat atau kelompok tertentu untuk memberikan sebuah kebanggaan adan rasa
tampil beda.
Sejalan dengan pengertiannya, iklan merupakan wacana
pesan yang dalam bentuk aktivitas menghadirkan dan mempromosikan ide, barang
atau jasa secara nonpersonal yang dibayar oleh sponsor tertentu. Dimana iklan
merupakan pesan penjualan yang paling persuasif yang diarahkan pada calon
pembeli yang paling potensial atas barang atau jasa tertentu.
Dengan adanya iklan, konsumsi tidak lagi bukan hanya
sekedar untuk memenuhi kebutuhan dari setiap individu saja. Konsumsi juga dapat
dilihat sebagai pembentuk identitas. Barang-barang simbolis dapat juga
dipandang sebagai sumber dengan mana orang mengkontruksi identitas dengan
hubungan-hubungan dengan orang lain yang menempati dunia simbolis yang sama. (Damsar, 2002:120). Perilaku konsumsi
tersebut dimanfaatkan oleh produsen-produsen dalam hal mengejar keuntungan.
Karena iklan menjadi sebuah senjata ampuh bagi setiap kapitalis dalam
perjuangannya untuk mempertahankan hidup di pasaran, sehingga pengusaha bisa
memperbesar bagian keuntungannya dengan mengiklankan produk atau jasa yang akan
dijual.
Dengan sebuah penggambaran yang diberikan oleh iklan
dalam mencitrakan sebuah produk atau jasa. Dalam artikel ini ingin melihat
sejauh mana dampak dari iklan dalam perilaku konsumsi masyarakat?
RUMUSAN
MASALAH
1. Bagaimana
konstruksi konsumerisme yang di bentuk oleh iklan
2. Bagaimana
Dampak iklan dalam perilaku konsumsi masyarakat
III.
TUJUAN
PENULISAN MAKALAH
1. Mengetahui
konstruksi konsumerisme yang di bentuk oleh iklan
2.
Mengetahui dampak iklan dalam
perilaku konsumsi masyarakat
BAB
II
PEMBAHASAN
I.
MEDIA
SEBAGAI SARANA PERSUASIF
Pada dasarnya, iklan dirancang untuk
mempengaruhi, membujuk, dan memikat konsumen untuk loyal, percaya, yakin, puas,
bahkan fanatik terhadap produk yang ditawarkan. Pada awalnya di Indonesia,
iklan sebagai wacana persuasif merupakan bagian penting dari aktivitas
pemasaran. Iklan dipandang sebagai sarana komunikasi yang efektif dapat
menyebarluaskan informasi komersial agar dapat menjangkau pasar para
konsumennya. McQuail mengemukakan fungsi-fungsi media massa sebagai
pemberi informasi, pemberi identitas pribadi, sarana intergrasi dan interaksi
sosial dan sebagai sarana hiburan (Denis McQuail, 2000). Lewat iklan, para produsen dapat menerobos berbagai lapisan
masyarakat yang menjadi target pasarnya. Iklan dipandang sebagai sarana
komunikasi yang cukup efektif dalam membujuk atau mempengaruhi orang. Oleh
karena itu tak berlebihan bila iklan sebagai media persuasif berusaha
menyampaikan pesan dengan tampilan bahasa yang menarik dan sentuhan cita rasa
estetik yang atraktif. Seiring perkembangan teknologi, iklan tampil dalam
kemasan bahasa yang menarik dilengkapi rangkaian gambar, citra, simbol dalam
kesatuan komposisi yang artistik atau bisa dibilang menarik. Kesan artistik dan
menarik pada iklan agaknya merupakan suatu kewajibanan. Cara tersebut dipandang
cukup efektif dalam merebut perhatian publik. Mengingat cepatnya laju informasi
di media massa, merebut perhatian publik mutlak diperlukan iklan. Ketatnya
persaingan produk dan merk dagang menuntut iklan harus bersaing dengan iklan
yang lain, di samping merebut perhatian publik dari informasi yang lain.
Di negara yang terkena era globalisasi,
setiap hari hampir sebagian besar orang disuguhkan dengan ribuan pesan
komersial yang tak sebanding dengan kapasitas orang menyerap pesan. Dalam
penyampaian pesan, iklan harus bersaing dengan iklan maupun informasi yang
lain. Oleh karena itu tidak mengherankan bila iklan harus menampilkan baik
bahasa dan segenap aplikasi yang mendukung dapat menarik perhatian publik dan
sekaligus dapat memberi citra produk yang ditawarkan.
Pencitraan
dan disertai bujuk rayu sebagai teknik persuasi dikemas bahasa iklan dalam tampilan visual yang kreatif dan memikat. Dengan kekuatan persuasinya ini,
khalayak dan konsumen sebagai target pasar dirangsang untuk seakan-akan merasakan bahwa
produk itu sebagai suatu kebutuhan atas dasar rangkaian angan-angan. Dalam jaring-jaring
manipulasi iklan, konsumen dengan segala kebebasan pilihannya dijerat menjadi
pelanggan yang sepenuhnya percaya bahwa produk yang ditawarkan dapat memenuhi
mimpi-mimpinya. Dalam gaya komunikasi hiperbolik yang berlebihan yang sering
disebut ‘puffury’ (Riyanto, 2003:23), konsumen dibuai harapan menjadi yang
nomor satu, terpilih, terbaik, termodern, cantik, dikagumi dengan kepemilikan
dan pengkonsumsian aneka produk komoditas modern
II.
IKLAN
PEMBENTUK BUDAYA KONSUMERISME MASYARAKAT
Berbagai kemudahan yang ditawarkan era
globalisasi ini membuat masyarakat melakukan kegiatan-kegiatan dengan mudah.
Globalisasi menawarkan sebuah kemudahan setiap masyarakat untuk mengkases
segala bentuk kebutuhan yang diinginkan. Baik kebutuhan informasi, kebutuhan
konsumsi, dan lainnya. Kebutuhan yang tidak terbatas membuat masyarakat modern
saat ini menjadi masyarakat konsumtif. Konsumerisme menjadi
sebuah ideologi baru yang mewajibkan manusia untuk mengkonsumsi sebuah
komoditas supaya eksistensinya diakui oleh masyarakat (Soedjatmiko, 2008). Rayuan dari kapitalisme global yang membuat semua serba
instan dan cepat, membuat konsumsi tidak lagi sekedar kegiatan pemenuhan
kebutuhan dasar dan fungsional. Namun konsumsi menjadi sebuah kebudayaan yang
terinternalisasi dalam masyarakat.
Iklan mempunyai pengaruh terhadap
masyarakat dalam melakukan kegiatan konsumsi.
Sebagai media yang memiliki misi untuk memberikan pencitraan yang
bersifat komersil terhadap sesuatu produk mutlah memiliki nilai-nilai artistik
yang mengundang ketertarikan khalayak (konsumen), paling tidak terhadap iklan
yang dimunculkan. Selanjutnya konsumen mulai menyukai produk yang ditawarkan
dan tahap terakhir adalah mengeluarkan uang untuk mendapatkannya. Nilai-nilai
artistik yang mutlak dimiliki sebuah iklan ini membutuhkan sebuah pengkondisian
dan reproduksi kesadaran terus menerus melalui manipulasi simbol-simbol
sehingga pesan yang dibawa iklan bisa tercapai dengan cara yang sangat halus. Masyarakat
kapitalis mutakhir disebut Jean Braudillard dengan “masyarakat konsumer” (Jean
Braudillard, 2005)
Boudrilard memaknai hiperrealitas
sebagai sebuah dunia yang memiliki perbedaan antara simulasi (tidak rill)
dengan yang rill. Terkadang simulasi dianggap lebih rill dibandingkan dengan
yang rill itu sendiri, bahkan lebih ideal dan baik daripada yang rill. Seperti
yang dicontohkan banyak iklan produk kecantikan. Dimana iklan membuat sebuah
bentuk ideal dari wanita yaitu putih, tinggi, seksi dan mempesona laki-laki.
Ataupun banyak iklan rokok yang membentuk dunia ideal, bahwa rokok itu sebuah
alat konsumsi masyarakat muda, modis, gaul, dan sebagai macamnya. dunia semu
itu terkadang menjadi sebuah dunia yang dianggap ideal bagi beberapa individu,
walaupun belum tentu tampilan tersebut terjadi karena produk yang di iklankan.
Kegiatan konsumsi pada saat ini juga
bukan hanya karena sebuah kebutuhan akan seuatu batang. Boudrillard menyakini
bahwa terdapat empat nilai yang melekat dalam suatu produk atau barang konsumsi
yaitu nilai fungsi (use value), nilai tukar (exchange value), nilai simbolik (symbolic
value) dan nilai tanda (sign value)
III.
SELEKTIF
DALAM KONSUMSI
Seorang konsumen pasti
akan memiliki perilaku tersendiri dalam melakukan konsumsi. Perilaku konsumen
kadang-kadang meliputi hal-hal yang tidak baik. Perilaku konsumen yang tidak
baik yaitu perilaku konsumtif. Perilaku konsumtif yang seperti itu perlu
memerlukan sebuah pengendalian. Pengendalian tersebut dilakukan agar para
konsumen tidak berlebihan dalam mengkonsumsi suatu barang maupun jasa.
Cara-cara yang dapat ditempuh adalah dengan memiliki skala prioritas. Dalam
hidup tentunya seorang manusia mememrlukan suatu skala prioritas, selektivitas
dalam memilih barang ataupun jasa, dan membatasi pengeluaran.
Seseorang harus
memiliki sebuah prioritas dalam memenuhi kebutuhannya. Hal yang lebih penting
bagi kehidupannya akan dipenuhi oleh konsumen tersebut. Skala prioritas dapat
dibuat dalam hal menanggulangi sikap konsumtif yang sering ada di masyarakat.
Sebuah prioritas merupakan sebuah kebutuhan pokok. Kebutuhan pokok dapat
meliputi sandang, pangan, dan papan. Skala prioritas juga dapat mengatur
pengeluaran yang dilakukan oleh seorang konsumen. Bagi orang-orang yang
berpenghasilan menengah kebawah, skala prioritas dapat dijadikan cara yang
paling efektif dan efisien dalam mengurangi pengeluaran yang tidak perlu.
Cara berikutnya adalah
selektif dalam membeli atau mengkonsumsi barang atau jasa. Seorang konsumen
perlu selektif dalam memilih jenis barang atau jasa yang diperlukan olehnya.
Suatu barang harus diperkirakan fungsinya bagi kehidupannya. Fungsi fisiologis
perlu diperhatikan. Misalnya sebuah air mineral memiliki fungsi untuk menghilangkan
haus dan dahaga. Sementara itu fungsi psikologis juga harus diperhatikan.
Seorang konsumen dalam mengkonsumsi barang maupun jasa dapat memengaruhi aspek
psikologis. Misalnya dalam mengkonsumsi dan mempergunakan sebuah barang dapat
berdampak pada kondisi psikologisnya, misalnya rasa bangga ataupun
senang.
BAB III
PENUTUP
I.
KESIMPULAN
Media menjadi sebuah agen perubahan yang besar
terkait perubahan secara mikro dan makro yang ikut andil dalam berperan
melanggengkan struktur sosial serta membuka lebar liberalisasi di mana ada
suatu kebebasan dalam pasar global, ikut tersentuhnya media audiovisual yang
populer di kalangan masyarakat adalah media televisi yang berisi beragam
tampilan/tayangan serta menyajikan berbagai sajian nontonan yang menghibur,
menciptakan emosional bahkan adopsi perilaku yang ditampilkan sebagai realitas
sosial yang ada dan tentunya bukan berarti menyajikan fakta yang sebenarnya
baik yang berupa data, informasi. Media Iklan yang ditampilkan media televisi
memberikan pengaruh yang besar terhadap penciptaan konstruksi sosial yang
terjadi, bahkan menciptakan kelas sosial, adanya perbedaan gender serta
perilaku-perilaku yang memberikan kesempurnaan hidup yang banyak diimpikan
masyarakat dalam promosi-promosi iklan.
Media iklan adalah media yang mudah untuk
mempersuasif masyarakat dalam pemakaian produk yang diiklankan, pemaknaan yang
tersirat memberikan makna yang sungguh realitas terjadi, di mana pemaknaan yang
tersirat memberikan makna yang sungguh realitas terjadi, di mana pemaknaan ini
mengandung kontradiksi yang berlawanan, di mana terciptannya kesenjangan sosial
yang akan terjadi, bahwa iklan memberikan perbedaan-perbedaan terkait realitas
yang akan dibangun walaupun tujuan awalna sebagai sarana memperkenalkan produk
serta menjualnya tetapi pemaknaan bukan saja menjual produk tetapi memberikan
pemahaman yang terkait budaya serta menjadi suatu kebiasaan yang tidak terlepas
dari kehidupan yaitu penanaman ideologi-ideologi yang kontras dengan realitas
sosial yang ada dan hanya menciptakan kesadaran palsu semata, di mana kapitalisme
menjadi ujung tombak dalam mencapai ke untungan sehingga strategi yang efektif
untuk melanggengkan adalah dengan media di mana produk-produk yang telah
di produksi dapat di terima masyarakat luas bahkan menjadi produk-produk yang
dapat menembus pasar global yang menaikkan ranking, lewat media khususnya dalam
hal penawaran penawaran penjualan yang terkait pasar bahkan menciptakan budaya
konsumerisme dan berkembangkan pasar-pasar modern melalui penayangan iklan
sehingga masyarakat menjadi terhegemoni dan terkonstruksi.
II.
SARAN
Media bukan saja memberikan efek negatif namun ada
informasi atau berita yang memberikan wawasan luas terhadap pandangan tentang
dunia, efeknya lebih kepada respon penerima informasi dan berita di terima oleh
aktor yang membaca, menonton, mendengarkan tayangan media. Masyarakat juga
memiliki kepentingan dalam menentukan tayangan yang diperlihatkan oleh media.
Adanya media literasi memberikan pandangan kritis bagi konsumen khususnya dalam
menyikapi promosi-promosi yang ditawarkan.
DAFTAR
PUSTAKA
Braudillard,
Jean, Masyarakat Konsumsi, Yogyakarta:Kreasi
Wacana, 2005
Damsar, Sosiologi Ekonomi. Jakarta : PT Grafindo Persada, 2002
Damsar, Sosiologi Ekonomi. Jakarta : PT Grafindo Persada, 2002
McQuail,
Denis. Teori Komunikasi Massa:
Suatu Pengantar. Jakarta : Erlangga, 2000
Soedjatmiko,
Haryanto, 2008. Saya Berbelanja,
Maka Saya Ada: Ketika Konsumsi dan Desain Menjadi Gaya Hidup Konsumeris. Yogyakarta:
Jalasutra.
0 komentar:
Posting Komentar