Sang Cahaya Harapan Indonesia #KKN2016

Seorang dosen pembimbing berbicara pada pembekalan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Beliau mengatakan, salah satu indikator kita (tim KKN) di terima oleh masyarakat sekitar adalah banyaknya anak-anak yang sering berkunjung ke posko, sabda itupun di percaya oleh semua audiens. Tidak hanya itu, semua bisikan tentang bagaimana KKN itu berlangsung menjadi sebuah buku panduan bagi kami untuk menjalankan kegiatan di salah satu wilayah di Indonesia. Baik dari persiapan, Unggah-ungguh (red; tata krama), strategi pelaksanaan program, dan bahkan rumor-rumor tidak ada air, listrik menjadi hal yang harus disiapkan baik lahir maupun batin.

Sebagai Tim yang memiliki tema pendidikan sebagai dasar kami membuat program, anak-anak akan menjadi sasaran utama kegiatan kita di desa Karangtalun. Kenapa anak-anak? Karena, dalam skala resiko anak menjadi generasi yang memungkinkan untuk diselamatkan dan nantinya akan berguna bagi lingkungannya. Bukan berarti pendidikan orang dewasa tidak penting, apalagi pendidikan di banjarejo masuk dalam katagori mengkhawatirkan. tapi disini kita ingin sekali mencoba untuk merubah suatu peristiwa yang sudah terjadi, suatu peristiwa dimana kebanyakan tingkat pendidikan hanya sebatas SMP, jauh dari kota-kota yang sudah lama mencanangkan pendidikan 12 tahun untuk semua. Bersyukurlah kamu yang masih bisa menikmati pendidikan formal sampai saat ini J

Kalian tahu? Masyarakat di sini mempunyai rasa penasaran yang sangat tinggi, apalagi melihat sekelompok pemuda pemudi dengan seragam berkeliling desa. Beberapa hari kita menetap di Desa Karangtalun kab.Blora kita sudah menjadi tranding topic, nama kami seketika berubah menjadi “mas dan mba KKN”. Semua perangkat desa kita datangi untuk mengutarakan maksud dan tujuan kita tinggal di desa Karangtalun.

Oh iya, Desa karangtalun ini mempunyai dua Sekolah dasar (SD 1 dan 2 Karangtalun) dan juga 4 TK/Paud yang menjadi tempat anak-anak desa Karangtalun dan sekitarnya bersekolah. Jangan dibayangkan sekolah dengan banyak ruangan, fasilitas lengkap, dan murid yang banyak. Jika dibandingkan dengan sekolah-sekolah di kota, jelas jauh berbeda. Dengan guru yang terbatas, kelas yang sederhana, perputakaannya jauh dari kata layak. Pandangan ini membuktikan masih belum meratanya pendidikan di Indonesia, dimana pemerataan hak atas pendidikan yang layak memang belum bisa menyentuh semua anak di seluruh pelosok negeri. Problematika bangsa, masalah kita bersama.

Kami memiliki satu program yang khusus untuk membantu anak-anak desa Karangtalun untuk belajar, yaitu bimbimbingan belajar keliling ke tiga dusun. Selain menerapkan ilmu ( karena kebanyakan dari FKIP), kegiatan ini membuat kita dekat dengan adik-adik, cerita banyak tentang kegiatan sekolah, pelajaran favorit, sampai hal-hal di luar sekolah. dari situ, banyak sekali informasi menarik yang didapatkan. Desa Karangtalun sebenarnya hanya butuh sebuah ruang pendidikan yang berfungsi sebagai tempat anak-anak menggali ilmu, karena sekolah saja tidak cukup. Mereka sejatinya punya satu potensi yang belum bisa di eksplore secara maksimal, yaitu rasa penasaran yang tinggi. Selain itu rendahnya pendidikan Orang tua membuat kesadaran akan pentingnya sebuah pendidikan bagi anak menjadi terabaikan. Karena biaya menjadi permasalahan utama untuk menyekolahkan anak di jenjang lebih tinggi.

Semua anak memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak entah itu anak dari desa atau dari kota. Karena pendidikan merupakan sebuah modal untuk mendapatkan sebuah kehidupan yang lebih baik. Anak-anak pun juga manusia, manusia yang memiliki hak dan kewajiban. Kita harus saling membahu menyelamatkan pendidikan bagi anak indonesia, karena merekalah semangat indonesia di masa depan, merekalah cerminan kita. Merekalah cahaya Harapan kita, yang akan membawa Indonesia menuju kejayaan.


Minggu, 24 Juli 2016

Desa Karangtalun, Kab.Blora

Share this:

CONVERSATION

0 komentar:

Posting Komentar