Mendem Medsos

            Tahun 2017, perkembangan komunikasi masyarakat global mengalami perubahan yang sangat signifikan. Informasi tersebar dalam hitungan detik, tragedi-tragedi bencana alam dapat kita ketahui dengan sekejap, dan bahkan kita orang indonesia dapat menonton pertandingan Manchaster City Vs AS Monaco dengan secara live. Mungkin ucapan terima kasih saja belum tentu cukup karena penemuan-penemuan yang terus berkembang hanya khusus untuk mempermudah kita dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari.

            Tidak hanya itu, teknologi juga mencoba untuk membantu kita tetap terhubung. Dengan teman, saudara, keluarga, dan bahkan orang yang tidak kita kenal sekalipun. Dengan sebuah alat yang ukurannya hampir sama dengan genggaman tangan, kita bisa bercakap-cakap meski jarak jauh membentang. Kita tidak perlu lagi bersusah payah hanya karena ingin mengabarkan sanak saudara karena terbatasnya jarak, bahkan waktupun menjadi lebih hemat dengan bermunculannya alat-alat tersebut.
            Apalagi hidup kita dalam berselancar di dunia maya dimudahkan dengan berbagai fitur aplikasi yang diciptakan sesuai dengan kebutuhan kita. Para penggunanya (Users) bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meluputi blog, jejaring sosial, wiki, forum dan dunia firtual. Dengan menggunakan media sosial kita kita bisa bergaul secara online di dunia maya. Dengan media sosial komunikasi dan interaksi kita di dengan masyarakat menjadi lebih mudah, kitapun bisa mengirim pesan baik tulis, gambar, suara atau video. Kita juga bisa saling berbagi (sharing) dan juga membangun jaringan dengan semua orang.
            Hampir semua orang bisa dengan mudah menyebutkan aplikasi sosial media yang populer di masyarakat. baik dari jenis dan fungsinya. Facebook dan twitter menjadi aplikasi favorit, untuk facebook ada sekitar 1,44 miliar pengguna aktif di seluruh dunia, sedangkan twitter sekitar 645 juta pengguna. Banyak orang menggunakan facebook dan twitter untuk berkirim pesan, berbagi informasi dan membuat jejaring (networking). Untuk aplikasi khusus chatting beberapa yang terkenal yaitu whatsapp dengan fitur simpel, BBM dengan pin sebagai akun, aplikasi phat dan lain-lain. Instagram juga mulai populer karena selain berfungsi untuk chatting tapi ada fitur yang membuat kita bisa berbagi foto dan juga video.
            Nah, coba cek di handphone kalian masing-masing. Dari beberapa aplikasi yang tersebut apakah kalian mempunyai semuanya? Atau bahkan saya kurang update menyebutkan aplikasi sejenis yang biasa kalian gunakan sehari-hari? Lantas, apakah kalian sudah menggunakan semua aplikasi yang ada di dalam handphone kalian dengan baik? Dengan banyaknya aplikasi, berapa waktu yang kalian gunakan untuk mengoperasikannya di setiap aplikasi? Yakin semua itu mempermudah aktivitas kalian?
            Saya (hanya) Memiliki 3 aplikasi chatting dan akun facebook saja sudah memakan waktu yang lumayan banyak. Apalagi whatsapp dan BBM memiliki intensitas penggunaan yang cenderung besar karena aplikasi itu berguna untuk berkomunikasi dengan teman, kerabat dan kenalan. Juga fitur group yang digunakan untuk menggosip hal-hal yang sepele sampai pembahasan level nasional.
            Menariknya, setiap orang dengan smartphone dituntut untuk terus mengikuti perkembangan zaman. Satu hal saja kita tidak mengikuti, kita akan berasa asing ketika berbincang dengan teman yang kebetulan berbincang dengan topik salah satu aplikasi media sosial. Pernah ketika SMA, semua teman saya merekomendasikan untuk membuka akun twitter dan juga perkembangan BBM saat itu sudah mulai populer membuat kedua aplikasi tersebut di gandrungi para remaja. Hampir setiap siswa di sekolah mengupgrade handphone yang mereka miliki dengan hp jenis blackbarry. Dengan populernya kedua jenis media sosial itu saya merasakan kehilangan suatu proses bertukar pin bb dan akun twitter pada saat SMA. Banyak juga informasi yang luput saya dapatkan dan hal tersebut membuat saya di cap Kudet (kurang update).
            Dalam beberapa tahun ini, muncul juga aplikasi bernama path dan instagram. Tidak memiliki smarphone yang mendukung kedua aplikasi tersebut menjadi alasan ketika ditanya “minta akun path lu dong?” oleh beberapa teman. Namun alasan itu menjadi kuno karena semua lini sudah men-support saya untuk meninstall aplikasi kekinian tersebut, walaupun masih hanya sekedar wacana.
Untuk instagram ini memang membuat saya susah dalam mengetahui informasi. Karena merebaknya instagram di semua kalangan pengguna media sosial, membuat banyak orang lebih fokus memposting hal-hal penting di media sosial tersebut. Setiap pulang dan bertemu teman-teman SMA di Jakarta, ketidakpunyaan akun instagram menjadi sesuatu yang layak untuk di bully, beberapa teman ormawa kampus juga menyuarakan hal yang sama, bahkan saya kehilangan momen untuk mengenal lebih dekat murid Praktik Mengajar ketika saya di Boyolali hanya karena saya TIDAK PUNYA INSTAGRAM !!
Tidak memiliki aplikasi-aplikasi yang populer untuk menunjang smartphone bukan berarti saya tidak menyukai aplikasi tersebut. Banyaknya aplikasi yang ada sekarang membuat bingung. Pernahkan kalian merasakan, saling mengirim pesan kepada satu orang dengan 3-4 aplikasi chatting? Saya pernah mengalami hal tersebut beberapa kali dan hal tersebut membuat saya merasa aneh. Apalagi ketika topik yang dibicarakan itu berbeda dimasing-masing aplikasi. Dengan kejadian tersebut, saya mulai mengurangi aplikasi yang jarang digunakan dan sedikit pengguna. Sehingga penggunaan aplikasi menjadi lebih efektif.
Hal lain yang mulai dirasakan yaitu sebuah keunikan (menurut saya) dari orang-orang yang memiliki aplikasi Instagram. Kalau beberapa waktu lalu, facebook dan twitter ramai difungsikan oleh banyak orang. Sebagai tempat untuk curhat, publikasi kegiatan sehari-hari, menjadi tembok ratapan yang biasanya pengguna hanya menggambarkan hal tersebut dalam bentuk tulisan, gambar hanya menjadi sebuah pelengkap untuk memperkuat visualisasi. Namun dengan adanya Intagram, foto menjadi poin utama ketika ingin mempublish hal-hal yang ingin di munculkan dalam akun kita. Hal ini membuat berfoto menjadi kegiatan utama ketika kita sedang memulai, melaksanakan atau mengakhiri setiap kegiatan. Efeknya bisa kita lihat sendiri, bagaimana kebutuhan berfoto atau mengabadikan moment menjadi sebuah keharusan dan menunjukkan hasil jepretan kita menjadi kepuasan sendiri bagi para pengguna instagram yang biasanya di wakili oleh berapa Love yang didapatkan disetiap foto yang di posting. Dampak instagram juga mengganggu esensi berwisata. Coba teman-teman membuat sebuah penelitian kecil tentang keterlibatan alat-alat untuk foto di dalam perjalanan wisata seseorang. Bukan berarti anti dalam mengabadikan sebuah moment, tapi sepertinya ada sebuah hasrat yang lebih yang dimiliki oleh orang sekarang dalam berfoto. Foto menjadi sebuah tanda kita pernah berkunjung di sebuah tempat, hingga muncul istilah No Pict = hoax beredar disekitar kita. Hasrat tersebut dimanfaatkan oleh beberapa orang dengan membuat spot-spot wisata dengan predikat Instagram-able. Dan sekarang mungkin kita merasakan berfoto menjadi dominan dalam perjalanan wisata kita atau bahkan berfoto itu sendiri menjadi poin utama dalam tujuan berwisata.
 Hal terakhir yang menjadi problem dalam penggunaan banyak aplikasi yaitu karena penggunaan waktu yang tidak sedikit untuk membuka semua aplikasi medsos yang ada ada di HP kita. Kita tidak bisa memungkiri untuk hal ini, bagaimana setiap aplikasi medsos yang kita punya akan kita buka satu persatu, jika HP kita mempunyai 7 aplikasi yang setiap hari minimal kita buka selama 10 menit. Berapa lama waktu yang kita butuhkan untuk menjadi seorang yang eksis. Apalagi kita tidak mungkin dalam sehari hanya membuka sekali. Keberadaan aplikasi itu bisa jadi sebagai pemicu hal hal yang mengganggu kehidupan kita.
Sejatinya, keberadaan teknologi sangat membantu kita dalam menikmati aktivitas sehari-hari. Jarak, waktu, dan kondisi yang dulunya menjadi pembatas sudah sepenuhnya hilang dengan munculnya media sosial. Penggunaan dengan tujuan yang baik harusnya menjadi prioritas kita dalam pemanfaatan sebuah aplikasi media sosial. Apalagi munculnya penipuan, pembodohan dan juga penyebaran hoax yang mulai massive belakangan ini membuat beberapa oknum menjadi terlihat tidak dewasa dalam penggunaannya. Ketergantungan dengan handphone pun menjadi efek yang tidak baik yang kita rasakan. Jangan sampai kita sebagai pengguna menjadi ketergantungan. Wacana yang baik harus kita munculkan sebagai pembuktian kehidupan kita akan tetap berlangsung dengan atau tidak adanya media sosial. jangan sampai kita hanya melihat indahnya dunia dari foto-foto dan informasi yang di share di media sosial. nikmati kehidupan tanpa gadget di tangan J
.
Surakarta, 23 Februari 2017

Share this:

CONVERSATION

0 komentar:

Posting Komentar