Wacana Kesekian

Dok. Pribadi
Membiasakan senang membaca menjadi sebuah hobi yang mungkin sulit untuk di realisasikan. Saya bukan tsubasa yang menjadikan bola sebagai sahabat agar dia bisa dekat. Setidaknya keakraban dengan buku menjadi sebuah hal yang masih belum terjalin, bukan berarti tidak kenal sama sekali. Entah kenapa dari awal menjadi seorang mahasiswa, perasaan sulit akrab dengan banyak buku menjadi sebuah aib yang memang harus ditutupi. Apalagi untuk masa sekarang buku menjadi sebuah benda yang wajib di lahap setiap harinya dalam rangka menggugurkan kewajiban sebagai mahasiswa.

Membiasakan dekat dengan buku sebenarnya baru dimulai dalam beberapa tahun ini saja, karena sebagai remaja sekolah dulu. Buku menjadi barang yang sangat tidak seksi untuk dilihat apalagi komputer pada masa itu lebih populer dengan ditandai merebaknya warung internet (warnet) di daerah sekitar rumah. apalagi masa-masa itu sedang gencar penggunaan teknologi sebagai proses belajar karena itu informasi bisa di dapatkan dengan lebih mudah tanpa harus bersentuhan dengan buku.
Untuk mengatasi keterlambatan bergaul dengan buku, di semester awal perkuliahan buku menjadi barang yang dicari dibeberapa tempat penjualan buku murah di kota surakarta. Menyisihkan uang bulanan sebagai modal agar bisa mudah pdkt dengan buku-buku itu. di masa awal itu, sulit memang menemukan kriteria buku yang cocok untuk memudahkan pembiasaan mengenal buku. Hingga hati ini jatuh kepada buku-buku cerita motivasi dan juga pengembangan diri. Selain itu novel menjadi alternatif lain karena bahasa yang digunakan lebih mudah untuk dipahami.
Dok. Pribadi
Kedekatan dengan buku motivasi diri dan novel saja menjadi suatu hal yang aneh bagi mahasiswa jurusan ilmu sosial. agaknya hal-hal yang menjadi intisari dari buku-buku tersebut menjadi tidak berguna untuk membantu dalam memahami materi-materi perkuliahan. Beruntunglah bertemu dengan kakak tingkat yang mengadakan perkumpulan dalam rangka diskusi dengan materi-materi yang disepakati bersama. Metode ini menjadi lebih memudahkan dalam memahami sebuah bacaan dan tidak jarang membenturkannya dengan konteks kehidupan di lingkungan sekitar. Selain itu kesulitan memahami sebuah bacaan menjadi lebih terbantu dengan peserta diskusi lain yang mempunyai keahlian baik dalam memahami bacaan dan menjelaskannya dengan bahasa yang mudah dimengerti. Tapi ada yang perlu dipahami sebelum mengikuti diskusi-diskusi tersebut. Pemahaman akan isi materi diskusi menjadi poin penting bagi setiap peserta diskusi, mengosongkan diri dalam menerima materi diskusi membuat kerugian di suatu hari nanti, apalagi ketika kita menerima tanpa menyaring semua hasil diskusi yang didapatkan. Karena diskusi menurut saya hanya menjadi sebuah wadah dalam mengkonfirmasi bacaan atau informasi yang kita dapatkan sebelumnya dan tidak jarang juga kita mendapatkan informasi tambahan yang mungkin terlewat dari pencarian akan sebuah kebenaran yang kita lakukan.
Dalam diskusi ini kita juga bisa melatih diri untuk berbicara terstruktur sesuai dengan konteks dan bacaan yang sudah kita pahami sebelumnya. Sulit bagi orang yang memang kurang dalam membaca untuk membuat sebuah argumen. Karena memang dengan membaca membuat kosa kata kita dalam membuat kalimat yang terstruktur menjadi lebih mudah dan biasanya tipe buku bacaan juga mempengaruhi gaya kita dalam menyampaikan argumen yang ingin disampaikan.
Sebenarnya, banyak hal yang bisa dilakukan dalam upaya akrab dengan semua jenis buku. Hal lain yang mulai dilakukan bealakangan ini adalah menulis. Tentu membiasakan untuk menulis sama sulitnya dengan membiasakan untuk membaca. Apalagi terkadang ketika kita menulis, sulit sekali memunculkan tema-tema yang menarik yang bisa diangkat untuk menjadi tulisan yang menurut kita bagus. Tapi dengan menulis, kita bisa lebih mudah mencatat atau mereview apa saja buku yang sudah kita baca sekaligus memahami lebih baik lagi bacaan tersebut agar kita lebih mengerti. Dengan begitu kita dapat melatih membuat sebuah argumen dalam bentuk tulisan yang terstruktur dengan baik.
Bagi diri pribadi, membiasakan untuk membaca buku menjadi sebuah wacana yang bisa dibilang menjadi sebuah prioritas yang sulit dilakukan. apalagi minat membaca bangsa indonesia menurut UNESCO sangatlah rendah, yaitu hanya 0,001 berada di urutan ke-2 kebawah dalam hal keliterasian dunia. Butuh seuatu hal yang konkrit sebagai langkah meningkatkan minat baca terutama dalam diri sendiri. Karena itulah sebagai seorang mahasiswa saya mencoba untuk memaksa diri membaca dan mereview apapun. Semoga ini bukan wacana yang kesekian.

Surakarta, 08 Februari 2017

Semoga dimudahkan

Share this:

CONVERSATION

0 komentar:

Posting Komentar